Selasa, 11 Agustus 2009

Menulis Skenario Film Animasi

Dikutip dari sebuah website


Awalnya adalah Pidi (Perdana Kartawiyudha) yang melemparkan wacana yang sebelumnya saya anggap remeh. Apa beda antara skenario untuk film live-action dan film animasi?


Tidak beda! Animasi hanyalah medium. Sama ketika kita bicara film (movie) ini dibuat menggunakan video, film itu menggunakan seluloid, atau yang lain dalam format digital. Itu pandangan saya saat itu, tapi apa benar demikian?

Pidi menyatakan bahwa ada perbedaan di sana. Dalam film animasi, penulis cerita memiliki kemampuan untuk menciptakan dunianya sendiri. Meliarkan imajinasi dengan menghidupkan benda-benda mati dan membebaskan mereka untuk bertindak selayaknya manusia. Atau lebih bahkan. Oke, saya paham maksud Pidi. Dalam film animasi kita bisa saksikan tikus yang berbicara, alien dari Mars, atau hal-hal tidak masuk akal lainnya. Bisa dibilang, batasnya adalah imajinasi penulisnya sendiri.

Entah sudah pernah saya sampaikan kepada Pidi atau belum, tapi saya menyanggah anggapan di atas. Atau lebih tepatnya mempertanyakan "film animasi" apa yang ia maksudkan. Mudah bagi kita menentukan mana film animasi dan mana yang bukan bila kita membandingkan antara "Ada Apa Dengan Cinta" dan "Finding Nemo." Tapi tolong coba katakan, "Lord of The Ring" itu film animasi atau bukan?

Bukan! Memang sebagian besar dari film tersebut digarap menggunakan CGI (Computer-generated Imagery) dan makhluk-makhluk di sana dihidupkan dengan teknik animasi, tapi tetap saja film tersebut masuk kategori live action. Padahal film tersebut memenuhi apa yang dikriteriakan Pidi sebagai film animasi saat membicarakan beda skenario film animasi dan live action (mampu menciptakan dunianya sendiri). Bagaimana juga nasib "Beowulf", film animasi yang dibuat serealitis mungkin, atau "A Scanner Darkly" film live-action yang mengolah gambarnya agar berpenampilan animasi? Lalu?

Nggak sesusah itu kok, tampaknya hanya beda pemahaman saja. Mari kita sepakati bahwa apa yang umum disebut dengan film animasi adalah film yang sepenuhnya dibuat menggunakan teknik animasi.

Trus? Kalau begitu apakah skenario film animasi berbeda dengan skenario film live-action?

Belajar sini belajar sana akhirnya saya menjilat ludah saya sendiri. Penulisan skenario film animasi dan film live-action memang berbeda. Namun mengingat pencapaian teknologi saat ini, pembedaan macam "hal-hal menciptakan dunia sendiri dan memungkinkan hal-hal yang tidak mungkin" itu sudah usang dan tidak bisa diterima lagi.

Skenario adalah barang setengah jadi, ia tak berarti apapun selama belum menjadi film. Proses untuk menjadikannya adalah melalui produksi, dan berhubung proses produksi film live-action sangat berbeda dengan film animasi maka pendekatan penulisan skenarionya pun menjadi berbeda. Hal ini terkait erat dengan masalah pendanaan. Apa yang murah di film live-action belum tentu murah di film animasi, apa yang mudah di film live-action belum tentu mudah di film animasi, apa yang mungkin di film live-action belum tentu mungkin di film animasi, dan sebaliknya.

Penulis skenario film animasi juga dituntut untuk menulis secara visual melebihi penulis skenario film live-action. Bahkan bukan berpikir sekadar visual saja, melainkan berpikir layaknya seorang storyboard artist yang membuat gambar shot per shot (cut per cut). Skenario yang ada dituntut mampu menunjukkan kepada storyboard artist apa yang harus ia gambar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penulis. Tuntutan ini bersinggungan erat dengan proses produksi juga. Pengambilan gambar pada film live-action dilakukan dengan pengambilan gambar per adegan dengan berbagai shot, lalu dirangkai ulang kemudian pada tahap pasca produksi. Sedang pengambilan(pembuatan) gambar dalam film animasi dibuat langsung cut per cut (potongan shot) saat pra produksi, atau tepatnya saat proses storyboarding. Editing film animasi sudah dilakukan bahkan sebelum film tersebut diproduksi. Dapat dikatakan secara sederhana, pembuatan film animasi menuntut praproduksi yang jauh lebih mendalam di banding pembuatan film live action.

Film animasi juga memiliki karakteristiknya sendiri yang menuntut struktur cerita yang padat dan tempo yang cepat. Karena itu skenario film animasi dituntut memiliki scene-scene dan dialog-dialog yang pendek. Banyak aspek yang menuntut hal ini. Pertama, segmen terbesar film animasi adalah anak-anak yang lebih cepat bosan daripada orang dewasa. Kedua adalah karakter (terutama) di limited animation terlihat jelek apabila cut yang ada terlalu panjang (berakibat terlalu kaku). Selain itu film animasi juga sering menghindari adegan close up terlalu banyak dan terlalu lama (berakibat terlalu rata/flat). Ketiga, terlalu banyak dialog akan membuat film animasi jadi membosankan karena daya tarik animasi adalah dari aksi/gerakan para karakternya. Yang terakhir, cut yang panjang biasanya juga lebih melelahkan untuk dikerjakan. (catatan: penulis menjumpai beberapa orang yang menganggap lebih cepat membuat sedikit shot yang panjang daripada banyak shot yang pendek, namun penulis tidak menyetujuinya berdasar pengalaman penulis sendiri).

Penulis skenario film animasi juga dituntut untuk dapat menghadirkan humor dalam ceritanya, terlepas dari genre apapun yang dikerjakan. Karena......itu yang diharapkan penonton.

Saya yakin tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, tapi saya harap dapat turut membantu perkembangan industri film animasi Indonesia. Mengingat bahwa salah satu kelemahan terbesar film animasi Indonesia yang sudah ada terletak pada penceritaannya, saya yakin Indonesia (termasuk saya tentunya) masih perlu belajar banyak untuk dapat menulis skenario film animasi yang baik. Mohon urun rembugnya....

Salam

14 Juni 2009, di kamar kos yang panas.

ref:
http://en.wikipedia.org/wiki/Live_action
http://en.wikipedia.org/wiki/Animation
http://en.wikipedia.org/wiki/Animated_cartoon
http://id.wikipedia.org/wiki/Computer-generated_imagery
http://en.wikipedia.org/wiki/A_Scanner_Darkly_(film)
http://complicationsensue.blogspot.com/2008_06_01_archive.html
http://www.christymarx.com/gamewriter/findawriter.htm
http://electronics.howstuffworks.com/tv-animation1.htm
http://www.writersstore.com/article.php?articles_id=714
http://library.creativecow.net/articles/hurwicz_michael/animation_writing_dev.php
http://johnkstuff.blogspot.com/2007/03/writing-for-animation-keep-it-simple.html
http://www.animationxpress.com/index.php?file=story&id=1429http://www.suite101.com/article.cfm/animation_writing_production/66823
Writing The Short Film, third edition, by Pat Cooper and Ken Dancyger
The Illusion of Life Disney Animation, by Frank Thomas and Ollie Johnston
Rollbots animated series script
Sedodog animated series script
The Nightmare Before Christmas script
Skenario sinetron Azizah
Skenario sinetron Mahligai Cinta

1 komentar:

tintascreenplay.com mengatakan...

keren artikelny, mau nambah info juga kalo teman2 mau belajar lebih dalem lagi tentang penulisan skenario film dateng aja ke tintascreenplay.com terima kasih

Posting Komentar

Followers

Blog Stats